Ada suatu kisah yang menunjukkan seseorang yang terlalu sibuk dengan dunia sehingga lupa akan akhirat. Lihatlah bagaimanakah akhir hidupnya. Ia seorang pedagang kain yang biasa menjual kain. Tatkala sakratul maut ia bukan menyebut kalimat yang mulia "laa ilaha illallah", namun yang ia sebut adalah, "Ini kain baru, ini kain baru. Ini pas untukmu.
ஜ۩۞۩ஜ.Bila Selalu Mengingat Mati.ஜ۩۞۩ஜ█▓▒░►.KH. Abdullah Gymnastiar.◄░▒▓█Ada sebuah kejadian yang semoga ada hikmah yang bisa diambil. Kisahnya dari seorang teman yang waktu itu nampak begitu rajin beribadah, saat shalat tak lepas dari linang air mata, shalat tahajud pun tak pernah putus, bahkan anak dan istrinya diajak pula untuk berjamaah ke mesjid. Selidik punya selidik, ternyata saat itu dia sedang menanggung utang. Karenanya diantara ibadah-ibadahnya itu dia selipkan pula doa agar utangnya segera terlunasi. Selang beberapa lama, ALLOH Azza wa Jalla, Zat yang Mahakaya dan Maha Mengabulkan setiap doa hamba-Nya pun berkenan melunasi utang rekan begitu utang terlunasi doanya mulai jarang, hilang pula motivasinya untuk beribadah. Biasanya kehilangan shalat tahajud menangis tersedu-sedu, "Mengapa Engkau tidak membangunkan aku, ya ALLOH?!", ujarnya seakan menyesali diri. Tapi lama-kelamaan tahajud tertinggal justru menjadi senang karena jadwal tidur menjadi cukup. Bahkan sebelum azan biasanya sudah menuju mesjid, tapi akhir-akhir ini datang ke mesjid justru ketika azan. Hari berikutnya ketika azan tuntas baru selesai wudhu. Lain lagi pada besok harinya, ketika azan selesai justru masih di rumah, hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk shalat di rumah untuk shalat sunat, biasanya ketika masuk mesjid shalat sunat tahiyatul mesjid terlebih dulu dan salat fardhu pun selalu dibarengi shalat rawatib. Tapi sekarang saat datang lebih awal pun malah pura-pura berdiri menunggu iqamat, selalu ada saja alasannya. Sesudah iqamat biasanya memburu shaf paling awal, kini yang diburu justru shaf paling tengah, hari berikutnya ia memilih shaf sebelah pojok, bahkan lama-lama mencari shaf di dekat pintu, dengan alasan supaya tidak terlambat dua kali. "Kalau datang terlambat, maka ketika pulang aku tidak boleh terlambat lagi, pokoknya harus duluan!" akan shalat sunat rawatib, ia malah menundanya dengan alasan nanti akan di rumah saja, padahal ketika sampai di rumah pun tidak dikerjakan. Entah disadari atau tidak oleh dirinya, ternyata pelan-pelan banyak ibadah yang ditinggalkan. Bahkan pergi ke majlis ta'lim yang biasanya rutin dilakukan, majlis ilmu di mana saja dikejar, sayangnya akhir-akhir ini kebiasaan itu malah zikir pun biasanya selalu dihayati, sekarang justru antara apa yang diucapkan di mulut dengan suasana hati, sama sekali bak gayung tak bersambut. Mulut mengucap, tapi hati malah keliling dunia, masyaallah. Sudah dilakukan tanpa kesadaran, seringkali pula selalu ada alasan untuk tidak melakukannya. Saat-saat berdoa pun menjadi kering, tidak lagi memancarkan kekuatan ruhiah, tidak ada sentuhan, inilah tanda-tanda hati mulai kebiasaan ibadah sudah mulai tercabut satu persatu, maka inilah tanda-tanda sudah tercabutnya taufiq dari-Nya. Akibat selanjutnya pun mudah ditebak, ketahanan penjagaan diri menjadi blong, kata-katanya menjadi kasar, mata jelalatan tidak terkendali, dan emosinya pun mudah membara. Apalagi ketika ibadah shalat yang merupakan benteng dari perbuatan keji dan munkar mulai lambat dilakukan, kadang-kadang pula mulai ditinggalkan. Ibadah yang lain nasibnya tak jauh beda, hingga akhirnya meningallah ia dalam keadaan hilang keyakinannya kepada ALLOH. Inilah yang disebut suul khatimah jelek di akhir, naudzhubillah. Apalah artinya hidup kalau akhirnya seperti lagi sebuah kisah pilu di Batam. Kisahnya ada seorang wanita muda yang tidak bisa menjaga diri dalam pergaulan dengan lawan jenisnya sehingga dia hamil, sedangkan laki-lakinya tidak tahu entah kemana tidak bertanggung jawab. Hampir putus asa ketika si wanita ini minta tolong kepada seorang pemuda mesjid. Ditolonglah ia untuk bisa melakukan persalinan di suatu klinik bersalin, hingga ia bisa melahirkan dengan lancar. Walau tidak jelas siapa ayahnya, akhirnya si wanita ini pun menjadi ibu dari seorang bayi sesudah beberapa lama ditolong, sifat-sifat jahiliyahnya kambuh lagi. Mungkin karena iman dan ilmunya masih kurang, bahkan ketika dinasihati pun tidak mempan lagi hingga akhirnya dia terjerumus lagi. Demikianlah kisah si wanita ini, ia kembali hamil di luar nikah tanpa ada pria yang mau bertanggung ditolonglah ia oleh seseorang yang ternyata aqidahnya beda. Si orang yang akan membantu pun menawarkan bantuan keuangan dengan catatan harus pindah agama terlebih dulu. Si wanita pun menyetujuinya, dalam hatinya "Toh hanya untuk persalinan saja, setelah melahirkan aku akan masuk Islam lagi". Tapi ternyata ALLOH menentukan lain, saat persalinan itu justru malaikat Izrail datang menjemput, meninggalah si wanita dalam keadaan murtad, ini nampaknya bersesuaian pula dengan sebuah kisah klasik dari Imam Al ketika ada seseorang yang sudah bertahun-tahun menjadi muazin di sebuah menara tinggi di samping mesjid. Kebetulan di samping mesjid itu adapula sebuah rumah yang ternyata dihuni oleh keluarga non-muslim, diantara anak-anak keluarga itu ada seorang anak perempuan berparas cantik yang sedang berangkat naik menara untuk azan, secara tidak disengaja tatapan mata sang muazin selalu tertumbuk pada si anak gadis ini, begitu pula ketika turun dari menara. Seperti pepatah mengatakan "dari mata turun ke hati", begitulah saking seringnya memandang, hati sang muazin pun mulai terpaut akan paras cantik anak gadis ini. Bahkan saat azan yang diucapkan di mulut Allahuakbar-Allahuakbar, tapi hatinya malah khusyu memikirkan anak gadis sudah tidak tahan lagi, maka sang muazin ini pun nekad mendatangi rumah si anak gadis tersebut dengan tujuan untuk melamarnya. Hanya sayang, orang tua si anak gadis menolak dengan mentah-mentah, apalagi jika anaknya harus pindah keyakinan karena mengikuti agama calon suaminya, sang muazin yang beragama Islam itu. "Selama engkau masih memeluk Islam sebagai agamamu, tidak akan pernah aku ijinkan anakku menjadi istrimu" ujar si Bapak, seolah-olah memberi syarat agar sang muazin ini mau masuk agama keluarganya terlebih keraslah sang muazin ini, hanya sayang, saking ngebetnya pada gadis ini, pikirannya seakan sudah tidak mampu lagi berpikir jernih. Hingga akhirnya di hatinya terbersit suatu niat, "Ya ALLOH saya ini telah bertahun-tahun azan untuk mengingatkan dan mengajak manusia menyembah-Mu. Aku yakin Engkau telah menyaksikan itu dan telah pula memberikan balasan pahala yang setimpal. Tetapi saat ini aku mohon beberapa saat saja ya ALLOH, aku akan berpura-pura masuk agama keluarga si anak gadis ini, setelah menikahinya aku berjanji akan kembali masuk Islam". Baru saja dalam hatinya terbersit niat seperti itu, dia terpeleset jatuh dari tangga menara mesjid yang cukup tinggi itu. Akhirnya sang muazin pun meninggal dalam keadaan murtad dan suul kita simak dengan seksama uraian-uraian kisah di atas, nampaklah bahwa salah satu hikmah yang dapat kita ambil darinya adalah jikalau kita sedang berbuat kurang bermanfaat bahkan zhalim, maka salah satu teknik mengeremnya adalah dengan 'mengingat mati'. Bagaimana kalau kita tiba-tiba meninggal, padahal kita sedang berbuat maksiat, zhalim, atau aniaya? Tidak takutkah kita mati suul khatimah? Naudzhubillah. Ternyata ingat mati menjadi bagian yang sangat penting setelah doa dan ikhtiar kita dalam memelihara iman di relung kalbu ini. Artinya kalau ingin meninggal dalam keadaan khusnul khatimah, maka selalulah ingat hal ini Rasulullah SAW telah mengingatkan para sahabatnya untuk selalu mengingat kematian. Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah keluar menuju mesjid. Tiba-tiba beliau mendapati suatu kaum yang sedang mengobrol dan tertawa. Maka beliau bersabda, "Ingatlah kematian. Demi Zat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak menangis."Dan ternyata ingat mati itu efektif membuat kita seakan punya rem yang kokoh dari berbuat dosa dan aniaya. Akibatnya dimana saja dan kapan saja kita akan senantiasa terarahkan untuk melakukan segala sesuatu hanya yang bermanfaat. Begitupun ketika misalnya, mendengarkan musik ataupun nyanyian, yang didengarkan pasti hanya yang bermanfaat saja, seperti nasyid-nasyid Islami atau bahkan bacaan Al Quran yang mengingatkan kita kepada ALLOH Azza wa Jalla. Sehingga kalaupun malaikat Izrail datang menjemput saat itu, alhamdulillah kita sedang dalam kondisi ingat kepada ALLOH. Inilah khusnul kalau kita lihat para arifin dan salafus shalih senantiasa mengingat kematian, seumpama seorang pemuda yang menunggu kekasihnya. Dan seorang kekasih tidak pernah melupakan janji kekasihnya. Diriwayatkan dari sahabat Hudzaifah bahwa ketika kematian menjemputnya, ia berkata, "Kekasih datang dalam keadaan miskin. Tiadalah beruntung siapa yang menyesali kedatangannya. Ya ALLOH, jika Engkau tahu bahwa kefakiran lebih aku sukai daripada kaya, sakit lebih aku sukai daripada sehat, dan kematian lebih aku sukai daripada kehidupan, maka mudahkanlah bagiku kematian sehingga aku menemui-Mu."Akhirnya, semoga kita digolongkan ALLOH SWT menjadi orang yang beroleh karunia khusnul khatimah. Amin!.^_^
Arti Kata Husnul Khotimah dan Kata Khusnul Khotimah Itu Berbeda, Fatal Jika Salah, Ini Penjelasannya - Sripoku.com. Kata Khusnul Khatimah Tak Salah, Artinya Tetap Baik. Mana Yang Benar Husnul Khatimah atau Khusnul Khatimah. Husnul Khotimah: Kisah NYATA Kematian Husnul Khotimah yang Menyentuh Hati - Poster Dakwah Yufid TV - YouTube
Ilustrasi su'ul khotimah. Foto PixabayMeninggal dalam keadaan husnul khotimah adalah impian setiap Muslim. Sebaliknya, meninggal dalam keadaan su’ul khotimah menjadi hal yang paling ditakuti. Apa itu su’ul khotimah?Su’ul khotimah adalah kematian yang buruk bagi seorang Muslim. Majdi Fathi Sayyid dalam buku Su'ul Khatimah, Akhir Kehidupan yang Buruk menerangkan lebih lanjut tentang pengertian Su’ul Khotimah. Menurutnya, su’ul khotimah mempunyai dua kekufuran dan keraguan tentang Islam dan keimanan kepada Allah yang meliputi hati seorang hamba pada saat sakaratul maut sehingga ia meninggal dalam keadaan ragu terhadap kebenaran keadaan hati seorang hamba yang masih disibukkan dengan permasalahan dunia yang akan ditinggalkannya. Misalnya, saat sakaratul maut masih memikirkan harta benda yang dimiliki di dunia. Dapat dikatakan, orang seperti itu meninggal dunia dalam keadaan ingkar kepada demikian, orang yang meninggal dunia dalam keadaan berbuat maksiat kepada Allah, seperti ber-ghibah, berzina, atau mengadu domba, disebut meninggal dunia dalam keadaan su’ul SAW bersabda, “Dan sungguh ada seseorang yang mengamalkan amalan-amalan penghuni surga, sehingga tak ada jarak antara dia dan neraka selain sehasta atau dua hasta, lantas takdir mendahuluinya sehingga dia melakukan amalan-amalan penghuni neraka sehingga dia memasukinya.” HR BukhariLalu, apa yang menyebabkan seseorang bisa meninggal dalam keadaan su’ul khotimah dan bagaimana tanda-tandanya? Simak ulasan berikut ini untuk mengetahui penjelasan Su’ul KhotimahIlustrasi su'ul khotimah. Foto PexelsAda banyak faktor penyebab su’ul khotimah. Syaikh Mahmud Al-Mishri lewat buku Su’ul Khatimah Kisah-kisah Tragis Akhir Kehidupan merangkum beberapa di Ragu, kufur, dan mengerjakan bid’ahApabila seseorang meyakini sifat dan aktivitas Allah dengan pengertian-pengertian yang menyimpang dari kebenaran, maka besar kemungkinan ia tidak bisa terhindar dari su’ul umat yang mengalami nasib seperti ini ketika mereka menciptakan bid’ah-bid’ah dalam agama Allah, menyimpang, menyeleweng dari kebenaran, dan terjebak di dalamnya. Jika tidak segera bertobat, dia akan meninggal dalam su’ul khotimah dan membuat segala amal ibadahnya berfirman, “Dan orang-orang yang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya ketetapan Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” QS An-Nur 39.2. Taswif At-Taubah menunda-nunda bertaubatDi antara faktor-faktor penting penyebab su’ul khotimah, menunda-nunda bertaubat adalah salah satu yang paling utama. Seseorang acapkali tenggelam dalam kenikmatan duniawi, menunda-nunda bertaubat meski masih diberi kesempatan oleh Allah akhirnya, tanpa sadar malaikat maut sudah menanti untuk menjemput ajalnya. Setelah itu, yang bisa dilakukan hanyalah menyesali seluruh hidup yang dihabiskan untuk berbuat durhaka kepada Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah“’Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.” QS. Al-Mukminun 99-1003. Tidak konsisten dalam ketaatan kepada AllahOrang yang konsisten taat kepada Allah adalah orang-orang yang diteguhkan keimanannya di dunia dan akhirat. Merekalah yang akan menjadi penghuni surga. Sebaliknya, orang-orang yang selama hidupnya dipermainkan syahwat, mereka yang dipastikan su’ul khotimah. Allah berfirman“Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” QS. Ibrahim 27Tanda-tanda Su’ul KhotimahIlustrasi su'ul khotimah. Foto PexelsMarah dan mencela qadha Allah, merasa terlepas dari rencana-Nya, bersikap munafik dan riya, lalai mengingat Allah, itu semua adalah sedikit tanda-tanda su’ul khotimah. Selain itu, ada pula tanda-tanda sebelum dikubur, ketika dikubur, dan sesudah dikubur, yang dikutip dari buku Tamasya ke Negeri Akhirat tulisan Mahmud Al-Mishri Abu Tanda-tanda sebelum meninggalKetika menjelang detik-detik kematiannya, sebagian orang yang su’ul khotimah mengucapkan kalimat-kalimat yang menyalahkan Allah, yakni menentang ketentuan-Nya atas takdir kematian. Mereka sibuk menyalahkan Allah sampai-sampai tidak bisa mengucapkan kalimat Tanda-tanda ketika dimandikanOrang yang meninggal dalam kebaikan akan terlihat seperti tidur dengan tenang. Namun, orang yang meninggal dalam keadaan sebaliknya akan tampak gelisah dan takut mati. Itu semua terlihat dari perubahan raut itu, ada pula yang mengatakan, orang yang su’ul khotimah ketika dimandikan warna kulitnya akan berubah menjadi hitam seperti arang, mulai dari kepala, bagian tengah tubuh, hingga Tanda-tanda ketika dikuburkanTanda-tanda su’ul khotimah selanjutnya adalah jenazahnya sulit dikubur. Entah itu karena berat, tidak bisa menghadap kiblat, diganggu binatang, dan halangan-halangan lainnya. Satu hal yang pasti, orang yang su’ul khotimah tidak akan meninggal dengan tenang layaknya orang husnul yang dimaksud dengan su’ul khotimah?Apa penyebab su’ul khotimah?Apa tanda-tanda su’ul khotimah?
Sungguh kematian yang tidak diinginkan, seorang ahli ibadah yang tak pernah bermaksiat selama 220 tahun justru mati dalam keadaan suul khatimah. Foto ilustrasi/ist. A A A. Kisah ini sarat dengan pelajaran berharga bahwa tak seorang pun mengetahui akhir hidup seseorang.
Kisah Nyata Mengharukan, Mati Khusnul Khotimah Saat hampir wafat, Alla bin Ziyad menangis dan ia ditanya, “Apa yang membuat Anda menangis?” Ia menjawab, “Demi Alloh, aku ingin menyambut maut dengan taubat.” Orang-orang berkata, “Lakukanlah, semoga Alloh memberi rahmat kepadamu. “Dia meminta untuk bersuci dan berpakaian baru, lalu ia menghadap kiblat lalu memberi isyarat dengan kepalanya dua kali dan menelentangkan badan kemudian meninggal dunia. Mush’ab bercerita, “Ketika sakit Amir bin Abdullah bin Zubair bin Awwam mendengar suara adzan lalu dengan langkah yang berat -karena sakit- meminta untuk dituntun dengan berkata,” Peganglah tanganku,” Dia masuk masjid bersama imam lalu ruku’ sekali, setelah itu ia meninggal dunia. Inilah Renungan untuk kita Dalam kenyataannya ada dua macam akhir hidup, yaitu akhir hidup yang baik atau husnul-khotimah dan akhir hidup yang buruk atau su’ul-khotimah. Husnul-khotimah adalah akhir kehidupan seseorang yang beriman kepada Alloh dan percaya pada hari berbangkitnya manusia dengan bermodalkan taqwa. Jadi iman dan taqwa adalah faktor utama untuk menuju husnul-khotimah. Dan ketaqwaan yang berujud amal sholih itu adalah wujud dari keimanan. Contoh husnul-khotimah adalah seseorang yang mati dalam memperjuangkan kalimat Alloh atau sesorang yang akhir amalannya dalam taat pada Alloh. Rasululloh shallAllohu alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Siapa saja yang mengucapkan Laa ilaaha illaLlaah’ pada akhir hidupnya untuk mencari ridha Alloh , maka ia akan masuk surga. Siapa saja yang berpuasa pada akhir hidupnya untuk mencari ridha Alloh , maka dia akan masuk surga. Dan siapa saja yang bersedekah pada akhir hidupnya untuk mencari ridha Alloh, maka ia akan masuk surga. ” HR Ahmad V/391. Ketika hampir wafat, Amir bin Abdullah menangis dan berkata, “Pada saat kematian seperti ini seyogyanya orang-orang mau mengambil pelajaran agar dapat beramalsholih. Ya Alloh, hamba mohon ampunanMu atas segala dosa hamba. Hamba bertaubat dari segala dosa. Laa ilaaha illaLlaah.” Begitulah yang ia ucapkan terus menerus hingga ia meninggal dunia. Sudah waktunya kita untuk segera beramal, jangan sampai kita menyesal. Al-Hasan berkata, “Mengherankan. Orang masih sempat tertawa padahal di belakangnya ada kobaran api neraka, dan masih sempat-sempatnya bersenang-senang padahal kematian dari belakangnya “ SUMBER Akankah kematian kita bisa baik seperti ini. Semoga Allah memudahkan kita mati dalam keadaan husnul khotimah (akhir yang baik). Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ. "Barang siapa yang akhir perkataannya
Deskripsi Kisah-Kisah Su’ul Khatimah Buku Kisah-Kisah Su’ul Khatimah ini memberikan tuntunan kepada kita semua agar segera bertaubat kepada Allah dan senantiasa memperbanyak amal shalih sebelum kematian datang, sebab tidak ada seorang pun tahu kapan ajal menjemputnya. Tidak sepantasnya seorang mukmin mengatakan, aku akan bertaubat esok hari’ hingga ajal menjemputnya dan dia belum melakukan apa-apa, dan yang ada hanyalah penyesalan yang diungkapkan kepada Rabb-Nya, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.” QS. Al-Mukminum 99-100. Untaian-untaian kisah orang-orang yang meninggal dalam keadaan su’ul khatimah yang disuguhkan dalam buku Kisah-Kisah Su’ul Khatimah ini cukup menggugah dan memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada kita untuk selalu mawas diri dengan segera bertaubat dan memperbanyak amal ibadah kepada Allah.
Lalu jika kita ingin mati dengan husnul-khotimah dan tanpa su'ul-khotimah, apa yang harus dilakukan? Simak hadits ini: Dari Ali bin Abu Thalib ra. dari Nabi Saw, beliau bersabda, "Setiap diri yang telah dihembuskan nyawanya, maka Allah telah menentukan tempatnya di surga atau di neraka" Dalam Al-Qur’an, pesan kepada tiap orang mukmin agar teguh berislam hingga akhir hayat sangatlah tegas. Seruan tersebut dimulai dengan perintah agar mereka bertakwa semaksimal mungkin. Allah berfirman يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam” QS. Ali Imran [3] 102. Pada penggalan akhir ayat tersebut wa lâ tamûtunna illâ wa antum muslimûn Allah memerintahkan kepada kita agar mati dalam keadaan beragama Islam. Manusia sendiri tidak akan mampu menjadikan dirinya tetap dalam agama Islam karena pada hakikatnya husnul khatimah ataupun su’ul khatimah baik atau buruknya akhir hidup manusia adalah kuasa Allah subhanahu wata’ala. Oleh karenanya Allah memberikan jalan kepada manusia sebagai ikhtiar memperoleh predikat mati husnul khatimah/membawa agama Islam. Disebutkan dalam kitab karya Syekh Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam karyanya, Nashaihu Ad-Diniyah, menjelaskan beberapa hal yang sering menjadi sebab seseorang memungkasi kehidupan di dunia dengan keburukan su’ul khatimah. Beliau berkata واعلم اَنَّه ُكَثِيْرًا مَا يُخْتَمُ بِالسُّوْءِ لِلَّذِيْنَ يَتَهَاوَنُوْنَ بِالصَّلَاةِ الْمَفْرُوْضَةِ وَالزَّكَاةِ الْوَاجِبَةِ وَالَّذِيْنَ يَتَتَبَّعُوْنَ عَوْرَاتِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالَّذِيْنَ يَنْقُصُوْنَ الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ وَالَّذِيْنَ يَخْدَعُوْنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَيَغْشَوْنَهُمْ وَيَلْبَسُوْنَ عَلَيْهِمْ فِيْ اُمُوْرِ الدِّيْنِ وَالدُنْيَا وَالَّذِيْنَ يُكَذِّبُوْنَ اَوْلِيَاءَ اللهِ وَيَنْكِرُوْنَ عَلَيْهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ وَالَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ اَحْوَالَ الْاَوْلِيَاءِ وَمَقَامَاتِهِمْ مِنْ غَيْرِ صِدْقٍ وَاَشْبَهَ ذَلِكَ مِنَ الْاُمُوْرِ الشَّنِيْعَةِ “Ketahuilah bahwa kebanyakan su’ul khatimah adalah bagi orang-orang yang meremehkan shalat fardhu dan kewajiban zakat, mencari-cari aib Muslimin yang lain, mengurangi takaran dan timbangan, orang-orang yang menipu Muslim dan menutupi atas mereka dalam masalah agama dan dunia, menganggap bohong pada kekasih-kekasih Allah dan mengingkarinya, mengaku dirinya berada pada derajat kewalian kekasih Allah tanpa adanya pembenaran, dan sebagainya,” Syekh Abdullah bin Alawi al-Haddad, Nashaihu Ad-Diniyah, Haramain, hal. 7. Pertama, meremehkan kewajiban shalat dan zakat. Shalat lima waktu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang baligh dan berakal. Perintah shalat menjadi kewajiban pertama yang harus dijalankan sekaligus amal manusia pertama yang akan dihisab. Jika meremehkannya saja adalah sebuah dosa apalagi dengan sengaja meninggalkan. Sebagaimana firman Allah فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ ٤ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ ٥ “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya,” QS. Al-Ma’un[107] 4-5. قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ ٦الَّذِينَ لا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ ٧ “Katakanlah bahwa Aku Nabi Muhammad hanyalah seorang manusia seperti kalian, diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kalian adalah Tuhan yang Maha-Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan celaka besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, yaitu orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya kehidupan akhirat,” QS Fushilat[41] 6-7. Pada ayat tersebut di atas terdapat kata “wail” yang artinya celakalah. Ini menunjukkan bahwa siapa saja yang dengan sadar meremehkan atau bahkan meninggalkan shalat dan zakat baginya adalah kerugian. Dan kerugian bagi seorang muslim adalah ketika mendapatkan siksaan dari Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana tertuang dalam artikel sebelumnya, ada 15 siksaan bagi orang-orang yang meninggalkan shalat. Tiga di antaranya adalah siksaan ketika meninggal dunia. Hal ini menguatkan pendapat Syekh Abdullah bin Alawi al-Haddad bahwa meremehkan kewajiban shalat dan zakat adalah salah satu sebab akhir kehidupan yang tidak baik su’ul khatimah. Kedua, suka mencari-cari aib muslimin. Biasanya orang-orang yang sibuk dengan urusan orang lain akan lupa dengan urusannya sendiri. Begitu juga ketika sibuk mencari keburukan orang lain maka keburukannya sendiri pun terlupakan. Ia tidak menyadari bahwa dirinya berada dalam maksiat dan dosa, hingga akhirnya meninggal dunia dalam keadaan tidak bertobat. Naudzu billah min dzâlik. Larangan ini terdapat dalam firman Allah subhanahu wata’la. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ ١٢ “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka kecurigaan, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha-Penerima tobat lagi Maha-Penyayang,” QS. Al-Hujarat[49] 12. Ketiga, mengurangi takaran dan timbangan. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak mungkin bisa hidup sendiri. Semua saling membutuhkan dalam segala hal. Perdagangan merupakan salah satu bentuk kerja sama agar manusia bisa bertahan hidup. Dalam transaksi tersebut ada kondisi saling memberi keuntungan. Oleh karenanya Islam melarang adanya kecurangan dan penipuan dalam berdagang. وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ ١ الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ ٢ وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ ٣ “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi,” QS. Al-Muthaffifin [83] 1-3. Jika kecurangan terus-menerus dilakukan maka selama hidupnya pula ia makan dari hasil yang tidak halal. Dengan demikian ia akan mati dalam keadaan membawa harta benda yang haram dan beban dosa terhadap saudaranya. Keempat, menipu Muslim dan menutupi atas mereka dalam masalah agama dan dunia. Seringkali kepentingan duniawi melenakan banyak orang di mana saja. Hanya karena dunia, kadang seseorang rela menempuh segala cara, termasuk melalui jalur yang batil. Kecurangan dan penipuan merupakan hal yang biasa terjadi dengan latar yang sama, yakni kepentingan duniawi. Bahkan, bagi mereka yang sudah dibutakan, agama pun bisa berubah sekadar alat untuk memperoleh keuntungan, baik berupa harta, pujian, ketenaran, maupun pangkat. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim pada bab niat, “Banyak amal akhirat menjadi amal dunia dikarenakan niat yang jelek.” Jika hal ini terus-menerus dikerjakan hingga ajal menjemput maka ia tidak hanya dosa atas kezaliman terhadap orang lain, lebih jauh ia berdosa atas nama agama. مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا ١٨ “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang duniawi maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan terusir,” QS. Al-Isra[17] 18. Kelima, menganggap bohong pada kekasih-kekasih Allah dan mengingkarinya. Jika melihat sejarah Islam, perjuangan para utusan selalu dihadapkan dengan para penolak ajarannya, baik perseorangan maupun golongan. Hal ini tidak berhenti di zaman Rasul, sahabat, tabi’in, hingga para ulama kekasih Allah yang datang belakangan. Hingga saat ini tantangan demi tantangan silih berganti terjadi pada pejuang di jalan Allah mulai dari tingkat kepercayaan, fitnah, iri, dengki, sampai pada penolakan dan perlawanan. Orang yang mengingkari utusan Allah berarti ia menyakitinya. Siapa yang menyakiti utusan Allah sama juga ia menyakiti Allah subhanahu wata’ala. Maka lakanat Allah-lah yang lebih pantas untuk mereka. إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا ٥٧ وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا ٥٨ “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat. Maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata,” QS. Al-Isra[17] 18. Jika mereka mati sebelum bertobat, maka mereka mati dalam keadaan terlaknat. Semoga kita semua menjadi bagian dari orang-orang yang dijaga dari mati su’ul khatimah. Jaenuri, Dosen Fakultas Agama Islam UNU Surakarta
Kisah nyata kematian gembong narkoba Freddy Budiman akhirnya terkuak setelah dieksekusi di Pulau Nusakambangan, pada Jumat 29 Juli 2016 silam. Tak hanya dirinya, sejumlah terpidana mati lainnya seperti Gajetan Acena Seck Osmane (Afrika Selatan), Humprey Ejike dan Michael Titus Igweh (Nigeria), juga ikut meregang nyawa di hadapan regu tembak.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Sebuah kisah yang pantas direnungkan. Akankah kematian kita bisa baik seperti ini. Semoga Allah memudahkan kita mati dalam keadaan husnul khotimah akhir yang baik. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ “Barang siapa yang akhir perkataannya adalah lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga.” HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 1621 Melihat hadits tersebut, kami teringat pada sebuah kisah yang sangat menarik dan menakjubkan. Kisah ini diceritakan oleh Al Khotib Al Baghdadi, dalam Tarikh Bagdad 10/335. Berikut kisah tersebut. Abu Ja’far At Tusturi mengatakan, “Kami pernah mendatangi Abu Zur’ah Ar Rozi yang dalam keadaan sakaratul maut di Masyahron. Di sisi Abu Zur’ah terdapat Abu Hatim, Muhammad bin Muslim, Al Munzir bin Syadzan dan sekumpulan ulama lainnya. Mereka ingin mentalqinkan Abu Zur’ah dengan mengajari hadits talqin sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ “Talqinkanlah tuntunkanlah orang yang akan meninggal di antara kalian dengan bacaan laa ilaha illallah’.” HR. Muslim no. 2162 Namun mereka malu dan takut pada Abu Zur’ah untuk mentalqinkannya. Lalu mereka berkata, “Mari kita menyebutkan haditsnya dengan sanadnya/ jalur periwayatannya.” Muhammad bin Muslim lalu mengatakan, “Adh Dhohak bin Makhlad telah menceritakan kepada kami, beliau berkata, dari Abdul Hamid bin Ja’far, beliau berkata, dari Sholih” Kemudian Muhammad tidak meneruskannya. Abu Hatim kemudian mengatakan, “Bundar telah menceritakan kepada kami, beliau berkata, Abu Ashim telah menceritakan kepada kami, beliau berkata, dari Abdul Hamid bin Ja’far, beliau berkata, dari Sholih.” Lalu Abu Hatim juga tidak meneruskannya dan mereka semua diam. Kemudian Abu Zur’ah yang berada dalam sakaratul maut mengatakan, “Bundar telah menceritakan kepada kami, beliau berkata, Abu Ashim telah menceritakan kepada kami, beliau berkata, dari Abdul Hamid bin Ja’far, beliau berkata, dari Sholih bin Abu Arib, beliau berkata, dari Katsir bin Murroh Al Hadhromiy, beliau berkata, dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu, beliau berkata,Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ Setelah itu, Abu Zur’ah rahimahullah langsung meninggal dunia. Abu Zur’ah meninggal pada akhir bulan Dzulhijjah tahun 264 H. Renungan Lihatlah kisah Abu Zur’ah. Akhir nafasnya, dia tutup dengan kalimat syahadat laa ilaha illallah. Bahkan beliau rahimahullah mengucapkan kalimat tersebut sambil membawakan sanad dan matan hadits, yang hal ini sangat berbeda dengan kebanyakan orang-orang yang berada dalam sakaratul maut. Kondisi yang berbeda, mungkin kita pernah menyaksikan ada yang mati malah dengan keadaan yang sungguh menunjukkan akhir hidup yang jelek. Kita mungkin pernah mendengar ada seorang penyanyi, yang meninggal mengucapkan syair lagu “I love You full“. Kalimat terbaik yang seharusnya jadi penutup kehidupan adalah kalimat Laa ilaha ilallah. Lantas apakah keadaan semacam artis itu adalah baik? Coba renungkan. Oleh karena itu, marilah kita persiapkan bekal ini untuk menghadapi kematian kita. Tidak ada bekal yang lebih baik daripada bekal kalimat tauhid laa ilaha illallah’ ini. Namun ingat! Tentu saja kalimat laa ilaha illallah bisa bermanfaat dengan memenuhi syarat-syaratnya, dengan selalu memohon pertolongan dan hidayah Allah. Ya Hayyu, Ya Qoyyum. Wahai Zat yang Maha Hidup lagi Maha Kekal. Dengan rahmat-Mu, kami memohon kepada-Mu. Perbaikilah segala urusan kami dan janganlah Engkau sandarkan urusan tersebut pada diri kami, walaupun hanya sekejap mata. Amin Yaa Mujibbas Sa’ilin. Penulis Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Artikel KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28

" Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena tho'un (wabah), orang yang mati karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah ." (HR. Bukhari, no. 2829 dan Muslim, no. 1914)

Jakarta - Ada suatu kisah tentang seorang ahli ibadah yang meninggal dalam keadaan buruk atau su'ul khatimah. Orang ini memilih berniat berbuat durhaka di akhir ini diceritakan Syaikh Mahmud Al-Mishri dalam buku Al-Khauf min Su'il Khaatimah dan diterjemahkan oleh Matsuri Irham dan Abdul pada zaman dahulu hiduplah dua bersaudara. Satu di antaranya terkenal sebagai ahli ibadah dan satu lainnya lebih senang berfoya-foya dan menuruti semua hawa nafsunya. Pada suatu ketika, si ahli ibadah ingin mengikuti hawa nafsunya untuk menghibur diri dalam mengisi waktu luangnya sejenak, karena hampir sepanjang hidupnya ia habiskan untuk beribadah. Setelah itu ia akan bertaubat karena mengetahui bahwa Allah SWT Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."Aku ingin turun ke tempat saudaraku di lantai bawah rumah ini dan bermain bersamanya memperturutkan hawa nafsu dan menikmati berbagai kesenangan duniawi barang sejenak untuk mengisi waktu luang. Setelah itu, akau bertaubat dan menyembah Allah SWT semata dalam sisa umurku," katanya dalam ibadah itu pun turun dari ruangannya dengan niat tersebut. Sementara itu, saudaranya yang tadinya berfoya-foya dan menuruti hawa nafsunya memiliki keinginan mengatakan, "Sungguh aku telah menghabiskan seluruh usiaku dalam kedurhakaan kepada Allah SWT. Saudaraku yang ahli ibadah itu akan masuk surga, sedangkan aku akan masuk neraka. Demi Allah aku akan bertaubat dan naik ke lantai dua rumah ini untuk menyusul saudaraku itu lalu beribadah bersamanya dalam sisa umurku. Semoga Allah SWT berkenan mengampuniku."Ia pun naik ke lantai dua dengan niat bertaubat, sedangkan saudaranya yang ahli ibadah turun ke lantai satu dengan niat berbuat durhaka. Di tangga itu, tiba-tiba ia terpeleset dan jatuh menimpa saudaranya yang akan naik ke lantai dua. Hal ini mengakibatkan keduanya meninggal dunia Mahmud Al-Mishri mengatakan, dalam hal ini pada hari kiamat nanti si ahli ibadah akan dikumpulkan sesuai niatnya untuk berbuat durhaka, sedangkan saudaranya akan dikumpulkan dengan niatnya untuk sebuah riwayat yang menyebut bahwa amal perbuatan seseorang tergantung pada apa yang terakhir ia perbuat sebelum ajalnya. Rasulullah SAW bersabda,وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِArtinya "Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu tergantung yang terakhir." HR Bukhari Simak Video "4 Tempat di Dunia yang Disebut Sebagai 'Gerbang Neraka' " [GambasVideo 20detik] kri/lus .
  • bwkvhyd4rd.pages.dev/336
  • bwkvhyd4rd.pages.dev/129
  • bwkvhyd4rd.pages.dev/288
  • bwkvhyd4rd.pages.dev/164
  • bwkvhyd4rd.pages.dev/18
  • bwkvhyd4rd.pages.dev/204
  • bwkvhyd4rd.pages.dev/157
  • bwkvhyd4rd.pages.dev/216
  • bwkvhyd4rd.pages.dev/302
  • kisah nyata kematian su ul khotimah